JAMBI – Kerja keras anggota Reserse Kriminal Kepolisian Resort Bungo, Polda Jambi, untuk mengungkap misteri kematian Dodi, 35 tahun, ODG (Orang dalam Gangguan Jiwa) yang ditemukan mengapung dalam keadaan kaki dan tangan terikat di permukaan bendungan (cekdam ) Desa Mulyajaya, Kecamatan Pelepat, pada Kamis (2/12), menemukan sedikit titik terang.
Titik terang itu terkuak dari hasil otopsi jasad korban yang dilkukan dengan teliti oleh tim forensik RS Hanafie Bungo dan tim forensik RS Bhayangkara Jambi semenjak Jumat malam hingga Sabtu tadi (4/12).
Baca juga:
Gugatan Mahasiswa UKI Ditolak oleh MK
|
Salah satu hasilnya, dari kacamata scientific crime, korban mengalami hipoksia (kekurangan oksigen) lantaran air masuk berlebihan ke saluran pernafasan. Dan ada kemungkinan korban dicemplungkan ke bendungan masih bernyawa.
“Bisa saja kemungkinan begitu. Namun kita masih menunggu hasil pemeriksaan menyeluruh dari tim forensik. Masih ada pemeriksaan dari dokter spesialis paru dan penyakit dalam. Kalau fisik eksternal klir, tidak ditemukan bekas tindak kekerasan, kecuali di bagian tangan dan kaki korban yang diikat, ” ujar Kapolres Bungo Ajun Komisaris Besar Guntur Saputro, Sabtu petang.
Guntur menerangkan, saat ditemukan warga korban mengapung dekat pintu bendungan Desa Mulyajaya. Mengenakan kaos warna hijau dan bercelana pendek, pergelangan kedua tangan dan kakinya terikat oleh tali plastik warna hitam dan kuning.
Dari penyelidikan Polres Bungo, korban adalah warga Kampung III Mekarsari, Desa Mulya Jaya, Kecamatan Pelepat. Hal itu diakui Kepala Kampung Mekarsari Ace Sukaedi. Tidak banyak didapat informasi soal latar belakang korban dan keluarganya. Sepengetahuan Ace, korban diduga mengindap gangguan jiwa.
“Sudah ada beberapa petunjuk dan sedikit titik terang. Belum bisa kami sampaikan secara detil. Tim masih melakukan lidik untuk mengetahui pihak-pihak yang diduga terlibat dalam kasus kematian korban, ” tegas Kapolres Bungo Guntur Saputro menambahkan. (permato)